Sejenak Inginku Bercerita | Tentang ABK

Sejenak Inginku Bercerita
Tentang mereka... Anak Berkebutuhan Khusus
Bismillahirrahmanirrahim...

Teman-teman semuanya...

Izinkan yaa..

Sejenak inginku bercerita | Tentang Anak Berkebutuhan Khusus

Apa sih yang mau aku bagikan disini???

Bukan... Bukan definisi, masih jauh, tapi nanti akan aku coba bahas.

Diriku ingin berbagi kisah awal mula diri ini bisa seperti saat ini, seorang sarjana pendidikan S1 Pendidikan Luar Biasa dan Guru Pendamping Khusus anak dengan autism.

Jikalau teman-teman bingung atau penasaran kenapa sih bisa milih jalan ini? Jalan yang betul-betul jarang mau orang pilih? Kok bisa sih tertarik dengan dunia pendidikan luar biasa/pendidikan khusus?

Aku jawab yaa teman-teman...

Sebenarnya bukan hal yang aneh bagiku untuk menempuh pendidikan dan hidup seperti sekarang, yaitu menempuh hidup dan bahkan bekerja di dunia pendidikan luar biasa/pendidikan khusus.

Ini semua berawal mula karena aku mengenal mereka dari kedua orang tuaku. Ya, merekapun sama sepertiku, seorang guru/pengajar anak berkebutuhan khusus. Dibilang jawaban yang biasa mungkin iya. Tapi, bagiku yang menjalani prosesnya sangat luar biasa, dan benar-benar aku sadari betapa indahnya dan berlimpah ruahnya nikmat yang Allah berikan padaku atas pemberian jalan hidup seperti ini.

Yaa... Ayah Ibuku merupakan guru Sekolah Luar Biasa, bahkan keduanya pernah menjadi Kepala SLB di tempat aku besar, Kota Palangka Raya. Ayahkupun sebelum pensiun menjadi seorang pengawas pendidikan khusus dan pendidikan layanan khusus. Wajar memang aku mengenal mereka sejak aku kecil. Namun, sebenarnya tak harus juga aku menempuh jalan yang sama seperti mereka berdua. Dan disinilah letak cerita yang ingin aku bagikan kepada kalian semua...

Aku merupakan lulusan Madrasah sejak Ibtidaiyah (setara SD) hingga Aliyah (setara SMA), TK-pun Alhamdulillah TK Islam (Raudhatul Athfal). Sampai saat ini adakah hubungannya? Belum ada sama sekali, karena memang aku belum sama sekali kepikiran akan seperti sekarang, kuliah S1 Pendidikan Luar Biasa, bahkan lulus dan sekarang kerja sebagai seorang Guru/pengajar anak dengan autism. Benar-benar nggak kepikiran.

Awal mula kepikirannya adalah ketika aku akan menentukan kemana selanjutnya aku akan melanjutkan pendidikanku ke perguruan tinggi... Aku saat itu benar-benar ingin bebas, ingin jauh dari orang tua, karna benar-benar ingin mandiri, merasakan bagaimana rasanya hidup jauh dari orang tua, berjuang seorang diri di Kota orang. Tapi, diriku sadar aku jurusan IPA di Madrasah Aliyah.

Dulu, sewaktu aku akan memutuskan ingin kuliah dimana, sebenarnya ada beberapa pilihan... Aku dulu paling suka main komputer, segala hal tentang komputer aku benar-benar sukai, dari main game, otak-atik komputer (instalasi maksudnya), browsing, blogging, dan lain-lain. Namun, kondisi saat itu kakakku yang pertama dan ketiga sudah menempuh jalan tersebut, sebagai sarjana teknik informatika/sarjana ilmu komputer. Maka, jika aku memilih jalan yang sama, aku hanya akan bersaing dengan saudara sendiri, dan peluang yang sudah sempit menjadi semakin sempit dan sengit. Maka aku urungkan,

Kemudian, aku suka pelajaran kimia, hitung-hitungannya, prakteknya, hafalannya, dan lain-lain. Akupun memutuskan ingin seperti kakakku yang kedua (cewe) yang lulusan teknik kimia. Namun, kali ini bukan faktor eksternal yang menghalangi, tapi internal. Aku mengetahui kenyataan pahit ketika kelas 11 MA bahwa diriku seorang yang mengidap penyakit turunan buta warna parsial. Otomatis untuk bisa bergelut di bidang kimia dan semacamnya bisa dibilang akan lebih sulit, bahkan dari awal seleksinya. Karna hampir semua kampus ada syarat "tidak buta warna". Maka, aku urungkan lagi.

Lalu... aku suka pelajaran Bahasa Inggris. Tapi, jika aku memilih jurusan ini, maka pikirku saat itu tak usah susah payahlah aku merantau. Karna jurusan tersebut di Kota Palangka Raya saja sudah bagus dan terbilang favorit. Lagi-lagi aku urungkan, karna tekadku sudah bulat ingin merantau dan tak ingin kuliah di jurusan yang mainstream dan peluangnya kecil.

Maka kemudian muncul pemikiran, apa aku kuliah di jurusan yang sesuai dengan jurusan MA ku? IPA dan sejenisnya? Ah, tidak... Aku sudah bosan dan muak dengan pelajaran-pelajaran IPA. Sudah cukup sudahi saja lah di masa MA ini (pikirku)

Akhirnya, setelah bercekcok sendiri dengan pemikiran pribadi dan diskusi agak panjang dengan kedua orang tua yang mana mereka nggak mengekang sama sekali, bahkan dari awal nggak pernah menyinggung/menyarankan untuk masuk PLB... Akupun menemukan jawabannya.

Kala itu kedua orang tuaku akhirnya cerita bagaimana peluang di PLB dan sejarahnya, bahkan kisah-kasih mereka berdua ketika kuliah dulu. Ah, sangat excited lah pokoknya dengerin cerita mereka waktu itu. Nah, setelah mendengar cerita dan rekomendasi mereka. Akupun membulatkan tekad untuk menempuh jurusan pendidikan luar biasa.

Selain karna tertarik mendengar cerita mereka, sebenernya bagiku karna peluang kerja dan lainnya di jurusan ini tuh besar banget, karna masih jarang orang yang tau dan berminat kesini. Dan juga karna Ibu mempunyai yayasan pendidikan khusus di Kota Palangka Raya. Jadi, aku berniat ingin meneruskan perjuangan beliau. Gitulah kira-kira

Eits... Belum selesai sampai disini kawan.

Adalagi masalah selanjutnya yang muncul.

Dimana aku akan menempuh jenjang pendidikan tinggi PLB ini? Aku condong pada 2 pilihan, yaitu UNESA (Universitas Negeri Surabaya) dan UPI (Universitas Pendidikan Indonesia) di Kota Bandung.

Kala itu aku tak lepas-lepasnya memohon petunjuk dan sholat istikharah agar mantap dan yakin dengan pilihanku, sekaligus agar aku mendapat petunjuk yang pasti aku harus kemana. Berhari-hari aku tak kunjung mendapatkan mimpi, karna sepengetahuanku dulu kalau sholat istikharah itu mendapatkan jawabannya melalui mimpi.

Tak luput aku selalu berdiskusi dan meminta pendapat ke orang tua dan guru-guru mengenai pilihanku ini. Hingga akhirnya aku menemukan jawaban dari guru kesayanganku saat itu. Beliau mengatakan bahwa "Sholat istikharah itu nggak selalu terjawab melalui mimpi, bisa jadi pada saatnya kamu bakal yakin sendiri dengan pilihanmu, atau bisa jadi ketika kamu bangun dari tidurmu, kata-kata yang kamu dengar pertama kali dari orang tua ataupun teman kamu ya tentang pilihanmu yang seharusnya."

Masyaa Allah, aku tak henti-hentinya bersyukur ketika mengingat kembali kenangan ini.

Terjadinya diskusi dengan guru tersebutpun aku yakin merupakan petunjuk dari Allah. Dan kata-kata yang terlontarkan dari lisan beliau, akupun yakin itu datang dari Allah. Maka, benarlah ucapan beliau. Istikharah terakhir saat aku membulatkan tekadku pada pilihan yang akan aku tempuh terjawab juga.

Di pagi hari setelah aku bangun dari tidur, qadarullah ayahku datang dan bercerita tentang Bandung. Dan setelah mendengarkan kata Bandung, aku langsung teringat kembali dengan ucapan guruku, seketika aku langsung membulatkan tekad dan pilihanku. Ya... Aku harus ke Bandung (Kota tempat ibuku lahir dan ayah ibuku bertemu). Maka UPI lah pilihanku saat itu.

Dari SNMPTN hingga Seleksi Mandiri, rupanya Allah tak mentaqdirkan diri ini untuk menempuh pendidikan disana. Dan akupun akhirnya bersyukur atas jalan yang Allah berikan.

Di saat akan seleksi mandiri, tepatnya beberapa hari sebelum seleksi. Aku sudah mengikuti seleksi online di satu kampus swasta. Yaa, itulah dia, sekarang aku sudah lulus dari sana. Kampusku adalah Universitas Islam Nusantara (Uninus) Kota Bandung.

Saat itu, memang aku tak terlalu sedih ketika dikabarkan tidak lulus seleksi mandiri di UPI, karna aku yakin Allah pasti akan berikan yang terbaik. Karna aku sudah ikhtiar meski mungkin belum maksimal, dan akupun sudah berdo'a meski mungkin tak sekuat tenaga. Tapi, lagi-lagi aku tak henti-hentinya bersyukur ketika mengingat masa itu. Karna atas jalan yang Allah kasih ini lah, aku bisa seperti sekarang. Dengan pahit manis yang telah aku jalani.

Dan dari sinilah ceritaku tentang anak berkebutuhan khusus bermula...

Oh iyaa, aku mau sampaikan sesuatu nih... Insyaa Allah bermanfaat.

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum hingga mereka mengubah diri mereka sendiri,” (QS. Ar-Ra'd:11)

“Dan boleh jadi kamu membenci sesuatu tetapi ia baik bagimu, dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu tetapi ia buruk bagimu, dan Allah mengetahui dan kamu tidak mengetahui,“ (QS. Al-Baqarah: 216)


Itu aja dulu yaa. Makasih

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Kecoa Mode On (8 Jenis Kecoa di Dunia)

Naskah Drama - Putus Cinta? No! Putus Narkoba? Yes!

12 Ikon Kota Palangka Raya